BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Bambang Agus Murjito
dikatakan “Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam.”(1)( Murjito, 1987:9)
Sebenarnya ayam
broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang
kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat
itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal
masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa
dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka
banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah
Indonesia.
Ayam telah dikembangkan sangat pesat
disetiap negara. Di Indonesia usaha ternak ayam pedaging juga sudah dijumpai
hampir disetiap propinsi. Dengan berbagai macam strain ayam ras pedaging yang
telah beredar dipasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan
pilihannya. Sebab semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya
produktifitas relatif sama.
1
Bambang Agus Murjito,
Pedoman Meramu Pakan Unggas, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), hlm. 9
Artinya seandainya terdapat perbedaan,
perbedaannya tidak menyolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan
strain apa yang akan dipelihara, peternak dapat meminta daftar produktifitas
atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup. Adapun jenis strain ayam ras
pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim
cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch,
Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma,
Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N,
Sussex, Bromo, CP 707.
Dengan melihat perkembangan ayam boiler
jenis pedaging yang begitu pesat ini, membuat kami tertarik untuk melakukan
suatu kajian dengan judul “Pemberian Brovit
sebagai pakan ayam boiler jenis pedaging
dalam usaha untuk meningkatkan produksi dagingnya.
1.2
Masalah
Untuk memfokuskan kajian yang kami
lakukan, kami mengemukakan beberapa masalah yang akan diteliti yakni :
1. Apakah pemberian pakan ayam broiler jenis brovit dapat meningkatkan
produksi daging ayam broiler ?
2. Apakah pemberian suplemen vitachick dan therapy dapat meningkatkan
ketahanan ayam broiler?
1.3
Manfaat
Manfaat beternak
ayam ras pedaging antara lain, meliputi:
1) penyediaan kebutuhan protein hewani
2) pengisi waktu luang dimasa pensiun
3) pendidikan dan latihan (diklat) keterampilan
dikalangan remaja
4) tabungan di hari tua
5) mencukupi kebutuhan keluarga (profit motif)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Teori Tentang Ayam Broiler
Ayam Broiler ialah ayam pedaging yang dipelihara
secara intensif dengan tata laksana pemeliharaan yang tepat sehingga dapat
menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7 minggu). Namun, perlu
diketahui ayam dengan tipe pedaging ini merupakan hasil persilangan dari
bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktifitas tinggi. Pemeliharaan ayam
ini tidak semudah memelihara ayam kampong, ayam broiler sangat rentan terhadap
penyakit sehingga perlu manajemen yang baik. Manajemen tersebut meliputi:
pemilihan bibit, pakan yang bermutu, perkandangan yang sesuai, dan penanganan
kesehatannya.
2.2.
Pemeliharaan Ayam Broiler
- Pemberian Pakan
dan Minuman
Untuk
pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4
minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
1)
|
Kualitas dan
kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
-
|
kualitas
atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%,
serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
|
-
|
kuantitas
pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama
(umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43
gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu
ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.
Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu
sebesar 1.520 gram.
|
|
2)
|
Kualitas dan
kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
-
|
kualitas
atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%,
serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME)
2900-3400 Kcal.
|
-
|
kuantitas
pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5
(umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129
gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu
ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor
pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
|
|
Pemberian
minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
1)
|
Fase starter
(umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu,
yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14
hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100
ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum
yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor.
Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat
anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50
gram/liter air.
|
2)
|
Fase finisher
(umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5
(30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9
liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan
minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57
hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
|
b.
Pemeliharaan Kandang
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal
peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya
dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan
vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari
poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka
bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan
dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki
kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi
persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi langsung terhadap
peternak ayam. Teknik pelaksananan kegiatan dirancang secara bersama dan
pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan studi pustaka.
3.2 Variable Penelitian
Untuk 100 kg pakan maka di butuhkan
bahan :
Untuk stater :
sediakan jagung 60 kg bungkil
kelapa 5 kg
bekatul 2 k tepung
daun pepaya 2 kg
tepung gaplek 2 kg bungkil
biji kapuk 1kg
tepung ikan 13,5 kg tepung bulu unggas 4 kg
tepung darah 3 kg premix 0,5
kg
kedelai 7 kg
Untuk finisher :
sediakan jagung 50 kg bekatul 7kg
sorgum 10 kg tepung gaplek 5 kg
tepung ikan 3 kg tepung
darah 3 kg
kedelai 9 kg bungkil
kelapa 5 kg
bungkil biji kapuk 0,5 kg tepung daun
pepeya 2,5 kg
tepung bulu ayam 2,5 kg. minyak kelapa 1
kg
premix 0,5 kg .
Dikenal ada 3 bentuk pakan , yaitu tepung , crumble ( butiran pecah ), dan
pelet.
1. Bentuk tepung.
Cara membuatnya
sangat sederhana , yaitu semua bahan digiling jadi tepung. kemudian di aduk
sampai rata dan siap di sajikan.pakan jenis ini tidak efektif , karena ayam
memiilih jenis pakan yang di sukai sehingga banyak nutrisi yang tidak di konsumsi.
2 Bentuk crumbles (butiran pecah).
Semua bahan di
giling jadi tepung. kemudian di aduk hingga rata. setelah itu di kukus atau di
uapi dengan panas antara 800C-900 C. Kemudian pakan
diaduk dalam ayakan yang berlubang sambil di tekan tekan sehinga butiran
berjatuhan. Jemur butiran itu hingga kering.siap di sajikan. pakan jenis ini
cukup efisien tidak banyak nutrisi yang terbuang.
3 Bentuk pelet.
Caranya sama
dengan crumble. Tapi setelah penguapan, dimasukkan dalam gilingan daging atau
sambal sehingga keluar bentuk memanjang. Kemudian di potong potong dan di jemur
sampai kering.siap di sajikan. Pakan jenis ini pun cukup efisien.
Untuk
menghindari pakan yang cepat rusak dan tengik karena udara yang lembab maka
sebaik nya pakan diberi bahan pengawet.misalnya BHA ( Butiylated hydroxy
anisol), BHT(Butylated Hydroxy toluen ), Gropyl Gallate, Oktyl
Gallate,Tokoferol, Etoksikusin Yang biasanya di kemas dengan nama Antrasin, Toksomiks,
Antoks dan sebagainya. Pemberian sebaiknya tidak lebih dari 0,1% jumlah pakan.
3.3 Rancangan Penelitian
Banyak pengusaha
ayam pedaging , yang gulung tikar karena tingginya harga pakan yang kian
melambung. selain faktor penyakit dan harga jual yang merosot dan sulit di
prediksi. Disini kami akan mencoba untuk menyajikan tentang membuat sendiri
pakan unggas yang barangkali bisa menghemat biaya pakan dan untuk mendapatkan
bobot yang lebih tinggi.
3.4 Lokasi
dan Waktu
Hari/Tanggal : Minggu, 26 Februari 2012
Tempat : Titian Tinggi, Air Molek, RIAU
Waktu : 14.00 WIB
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dalam
peternakan yang kami teliti, pemberian pakan brovit pada ayam broiler dapat
tergambar dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Pemberian Pakan Jenis Brovit
No.
|
Hari/Tanggal
|
Jenis Pakan
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1.
|
Minggu ke-1
|
Brovit
|
1 karung
|
Untuk 100 ekor
ayam
|
2.
|
Minggu ke-2
|
Brovit
|
1 karung
|
3.
|
Minggu ke-3
|
Brovit
|
1 karung
|
Di samping
pemberian pakan, peternakan yang kami teliti, juga mamberikan suplemen tambahan
dan vaksin, diantaranya vitachick, vitastress, therapy, ND Lasota, dan Gumboro.
Pelaksanaan pemberian vaksin dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2
Pemberian Suplemen
No.
|
Hari/Tanggal
|
Jenis Suplemen
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1.
|
Hari ke 1-2
|
Vitachick
|
4 tabung
|
Untuk 100 ekor
ayam
|
2.
|
Hari ke 2-3
|
Vitachick
|
10 gram
|
3.
|
Hari ke 5
|
Vitastress
|
10 gram
|
4.
|
Hari ke 6-7
|
Therapy
|
10 gram
|
Grafik 1
Cara Pemberian Pakan
Banyakanya makanan yang diberikan harus
sesuai dengn kebutuhan produktivitas ayam. Berikut tata cara pemberian pakan yang
sesuai dengan standar produktivitas.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan
keterangan yang diberikan oleh peternak kepada penulis, bahan makanan yang
digunakan oleh ternak adalah bahan makanan yang tidak digunakan oleh manusia.
Bahan makanan asli merupakan bahan makanan produksi pertanian atau perikanan
dari sumber utamanya, misalnya jagung. Bahan makanan olahan merupakan bahan
makanan yang diolah dalam industri makanan untuk kepentingan manusia dan
limbahnya untuk ternak, misal dedak halus yang merupakan limbah proses
pengolahan padi menjadi beras.
Gambar 1.
Ayam Broiler
Bahan makanan
asli untuk ayam broiler kini tinggal 25% - 35% dari total campuran atau formula
makanan ayam broiler. Secara garis besar asal bahan makanan dibagi atas dua sumber. Sumber pertama yaitu sumber nabati atau bahan makanan yang
berasal dari tanaman pangan, seperti jagung kuning, sorghum, gandum, jawawut,
jagung putih, jagung merah, kacang hijau, dan Kacang tanah. Sumber kedua adalah
bahan makanan asal hewan, seperti udang, ikan, darah, dan serangga. Bila sumber
nabati tinggal sedikit dan sumber hewan tidak digunakan lagi, masih ada bahan makanan
olahan dan sintetik. Bahan makanan ini yang mendominasi jajaran formula ransum
unggas komersial. Ayam broiler akan berproduksi optimal pada temperatur
lingkungan antara 19o – 21o C.
Gambar 2.
Pemberian Pakan Ayam Broiler
Proses
pencernaan makanan pada ayam broiler kita melihat proses di dalam darah, bila
ada kandungan unsur gizi yang sudah berkurang maka perintah disampaikan ke
otak, dan otak memerintahkan ayam untuk mencari makanan melalui gerakan
otot-otot tubuh dibantu dengan mata dan proses mencari makanan dimulai.
Ayam mematuk-matuk dan melihat ke kiri dan ke kanan, ada sesuatu yang berperan
di sini dan yang berperan itu adalah selera.
Jadi, tidak benar bila anda memberikan makanan yang basi atau jamuran pada ayam
karena ayam akan mengetahui bahwa makanan itu basi dan ia dapat melihat
ketidaklayakan makanan yang berjamur itu. Coba saja ayam diberi makanan yang
kering dan yang satu lagi makanan seperti bubur dan masih baru, ia akan lebih
senang makan makanan yang terakhir itu. Di sinilah terlihat bahwa ayam broiler
juga punya selera terhadap makanan yang ada di hadapannya.
Dalam proses
makan ini, ayam mengandalkan mata, paruh, dan “penciuman”. Hanya seberapa besar
dan seberapa tajam peran penciuman ini belum terbukti benar dari hasil
penelitian mutakhir. Ayam broiler dari hasil penelitian terakhir masih belum
terbukti mana yang lebih berperan, mata atau penciumannya. Sementara
pendengaran dapat dikatakan sangat minim perannya dalam proses makan ini. Ayam
broiler responsif terhadap suara, ayam broiler karena ada penelitian yang
melakukan pengamatan pengaruh lagu klasik terhadap pertumbuhan ayam broiler. Di
sinilah terlihat bahwa pendengaran ayam sebenarnya mempunyai pengaruh tidak langsung dalam proses
makanan ini.
Setelah proses
“mengenal” makanan itu berjalan maka langkah berikut adalah proses makannya.
Ayam broiler mengandalkan paruh untuk memasukkan makanan pada proses awal
pencernaan. Ayam broiler juga tidak memiliki tangan makan dalam proses milih
memilih digunakan paruh dengan bantuan kakinya. Oleh sebab inilah paruh itu
dibuat keras, apalagi makanan yang hendak dimakan kadang kala masih bergerak
seperti cacing atau serangga.
Setelah makanan
masuk melalui paruh, proses pencernaan tingkat awal mulai berperan. Begitu makanan
menyentuh paruh, semua alat-alat pencernaan “digertak” oleh pusat perintah
untuk bersiap-siap menyambut makanan. Enzim-enzim yang berperan melumat makanan
dari segi kimiawi sudah siap menyambut makanan. Makanan ini langsung masuk ke Oesophagus yang berfungsi
seperti kerongkongan pada manusia. Oesophagus merupakan satu-satunya penghubung
dari paruh ke bagian perut ayam. Tetapi di oesophagus ini belum terbukti adanya
proses pencernaan karena apa yang masuk melalui paruh dan setelah lewat
oesophagus itu makanan belum berubah. Makanan yang lewat oesophagus ini
kemudian ditampung di tembolok, suatu pembesaran di bagian atas tubuh ayam.
Oleh karena itu tembolok dapat kita gunakan untuk memeriksa apakah ayam itu
sudah kenyang atau sedang sakit. Bila sudah kenyang, bagian tembolok ini akan
menyembul ke muka dan keras bila kita raba.
Perjalanan
dilanjutkan ke proventriculus suatu
pembesaran lagi pada akhir oesophagus tadi, tetapi ukurannya lebih keci dari
tembolok. Walaupun di bagian ini dikeluarkan asam hydrochloric dan pepsin dari
dindingnya, pencernaan kurang berarti. Karena makanan memang tidak sepenuhnya
dicerna di sini, jadi perannya kurang begitu penting.
Dari
proventiculus akan dilanjutkan ke gizzard
yang berbentuk oval yang mempunyai pintu muka ke proventiculus dan pintu
akhir ke duodenum. Gizzard sangat keras dan mempunyai otot cerna yang sangat
kuat. Dari sifatnya jelas terlihat bahwa pencernaan fisik terjadi di sini
dengan intensif. Gizzard mencerna makanan dengan kekuatan dindingnya dan bagian
ini pula yang bersentuhan langsung dengan makanan dan racun. Hasil kerja enzim
dan gizzard, menyebabkan makanan yang dimakan ayam akan berubah bentuk, warna
dan aromanya ketika keluar melalui tinja. Sebab selain enzim ada juga sejumlah
zat kimiawi yang dikeluarkan untuk membunuh kuman dan juga hasil kerja mikroba
tertentu di usus (walaupun kecil perannya) yang pada akhirnya membuat tinja
berbeda benar dari bentuk makanan asalnya.
Setelah melalui
gizzard, makanan halus itu melalui suatu saluran atau usus yang berbentuk huruf
“U” yang dinamakan dengan duodenum yang ditengahnya terdapat pancreas yang mengeluarkan cairan untuk
menetralkan asam yang dikeluarkan oleh proventiculus tadi. Selain itu
dikeluarkan juga sejumlah enzim untuk menghidrolisa protein, pati dan lemak.
Terlihat bahwa pencernaan kimiawi sudah dimulai di bagian duodenum ini.
Setelah melalui
duodenum, makanan yang telah halus dan telah dicerna secara kimiawi ini jelas
sudah berubah bentuk, warna dan sifatnya. Lalu masuk ke usus halus dan di sinilah makanan itu diserap ke dalam tubuh untuk
diproses lebih lanjut, kemudian akan berakhir di dubur. Sebelum dubur ada usus
buntu yang perannya terhadap pencernaan sangat kecil. Dalam proses menyerap
unsure-unsur nutrisi itu sangat tergantung pada proses pencernaan sebelumnya.
Kesempurnaan pencernaan itu sangat tergantung pada proses pengolahan makanan
dan makanan yang dimakan. Makanan yang mudah dicerna tentu akan lebih cepat
daripada makanan yang sulit dicerna seperti plastik atau kulit salak.
Seluruh proses itu pun akan terganggu bila salah satu
dari alat-alat pencernaan itu rusak, terlebih bila yang rusak itu alat
pencernaan yang di muka. Sedangkan alat pencernaan di bagian akhir atau proses
akhir dari proses pencernaan yang sering dirusak oleh bibit penyakit oleh ayam
broiler ini adalah di bagian usus. Cacingan juga terjadi di bagian itu,
walaupun tidak menyebabkan kematian tetapi sangat mengganggu pertumbuhan ayam
broiler yang kita pelihara.
Dalam hal ini
jelas sekali bahwa kesempurnaan alat pencernaan dalam proses mencerna belum
tentu akan menjamin sejumlah unsure nutrisi yang dibutuhkan berhasil diterima
oleh ayam. Masih ada factor lain yang mempengaruhinya. Hal inilah yang harus
dipahami sebagai prinsip dasar dalam makanan ayam broiler. Sebab di Indonesia
sering terjadi alat-alat pencernaan ayam itu rusak oleh kualitas makanan yang
sangat buruk, baik itu karena jamur, racun atau pemalsuan bahan makanan.tidak
kalah pentingnya adalah kerusakan alat-alat pencernaan oleh penyakit yang
timbul akibat dari sebab pertama tadi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari yang telah dipaparkan pada
bahagian sebelumnya, dapat kami simpulkan bahwa :
1.
Pemberian pakan ayam jenis Brovit secara teratur dapat
meningkatkan produktivitas ayam pedaging.
2. Pemberian suplemen tambahan berupa vitamin dan vaksin
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam proses pemeliharaan ayam
broiler jenis pedaging.
3.
Pemberian pakan yang sesuai dengan standar
produktivitas.
5.2
Saran
Dalam penelitian kami banyak menemui
berbagai kendala. Baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan
pendokumentasian kegiatan ini. Untuk itu penulis menyarankan dalam pelaksanaan
kegiatan ini, antara lain:
1.
Dalam proses kegiatan pemberian pakan ayam broiler
jenis pedaging ini diperlukan suatu kegiatan yang terencana dengan baik.
2.
kebersihan wadah yang digunakan dalam proses pemberian
pakan ayam broiler jenis pedaging ini sangat perlu dijaga, karena ayam ini
rentan terhadap berbagai penyakit.
3.
Pemberian pakan ayam broiler jenis pedaging untuk jenis
brovit ini harus diperhatikan takarannya.
4.
Disamping pemberian pakan jenis brovit ini, juga
dibantu dengan pemberian suplemen tambahan seperti vitamin dan vaksin.
5.
Jauhkan ayam broiler jenis pedaging ini dari segala
sesuatu yang akan mengganggu ayam tersebut, disebabkan ayam tersebut sangat
sensitif terhadap gangguan dan mudah stress.
Demikianlah yang dapat kami kemukakan,
kami berharap ada penelitian yang lebih dalam kajian tentang pemberian pakan
jenis Brovit terhadap ayam broiler jenis pedaging ini.
DAFTAR PUSTAKA
Murjito, Bambang Agus. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Yogyakarta
:
Kanisius.
Cahyono, Bambang, Ir. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging
(Broiler). Yogyakarta: Pustaka Nusatama.
Rasyaf. M. 1994.
Makanan Ayam Broiler. Yogyakarta:
Kanisius.
_______. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta: Penebar
Swadaya (Anggota IKAPI).
Wongtani, 2009. “Budidaya Ayam Pedaging (Broiler)”