Minggu, 06 Januari 2013

Sesungguhnya, PACARAN adalah sesuatu yang merugikan bagi kaum wanita..


Sesungguhnya, PACARAN adalah sesuatu yang merugikan bagi kaum wanita..

Bagaimana tidak ?

Ketika sang kekasih berkata : “ SAYANG, APAKAH KAU MENCINTAIKU..?
KALAU CINTA, MAUKAH KAU BERKORBAN UNTUKKU? ”

Dan biasanya hati wanita yang lemah akan berkata, : TENTU SAJAAKU MENCINTAIMU SAYANG. AKAN KULAKUKAN APAPUN TUK MEMBUKTIKAN RASA CINTAKU..”
( Inilah awal dari BENCANA )

Dalam Pacaran, tidak mungkin kita akan memilih tempat yang terang.

Saya yakin kalian akan memilih tempat yang sepi dan gelap bahkan kalian akan jengkel
sekali jika pacar main kerumah dan orang tua ikut nimbrung.

Pasti dengan berbagai cara kamuakan mengusir secara halus orangtuamu agar tidak mengganggu kencan..

Teman Teman, tidak taukah kalian bahwa dalam kegelapanlah setan dan iblis bersembunyi.

Iblis akan membisikkan rayuan yang maha dahsyat tuk merobohkan iman kalian.

Orang
yang memiliki tembok iman yang amat kuat dan sangat kokoh itu pun bisa hancur karena godaan syetan.

Apalagi iman kita yang masih lemah bisa hancur berkeping-kepin g di buatnya.
Makanya kita harus berhati-hati dengan kegelapan, tempat bersemayamnya bujuk
rayu syetan.

Iblis akan menjerumuskan kita ke jurang yang paling hina dan terhina.

Hingga dalam usia muda, kamu sudah ternoda, terluka, tercampakan, dan terhinakan ..

Ketika semua telah terjadi, ketakutan dan penyesalan terlambat sudah.

Dengan penuh tanggung jawab palsu, seorang lelaki akan berkata bahwa ia akan mempertanggungj awabkan perbuatannya dan kelak akan menikahimu. Kelak.

Tapi KALAU TERNYATA IA BUKAN JODOHMU ?
KESUCIAN TELAH HILANG. BUNGA TELAH LAYU, LALU ADAKAH YANG MASIH BISA KAU BANGGAKAN KELAK?

BAGAIMANA JIKA KELAK SUAMIMU MEMPERTANYAKAN KEPERAWANANMU?
BAGAIMANA ?

APAKAH KESUCIAN RAGA WAJIB DALAM PERNIKAHAN YANG AGUNG ?

Banyak pernikahan yang abadi walau seorang istri tidak SESUCI DRUPADI.

Semuanya TERGANTUNG NIAT ...
Niat pernikahanmu apa ?

Apakah hanya kenikmatan sesaatatau UNTUK MENGGAPAI BAHTERA CINTA YANG BERBUAH
SYURGA ?

Jika pernikahan kamu niatkan KARNA ALLAH SEMATA
maka kekurangan pasanganmu tak akan pernah kau hiraukan.

Kau akan membimbingnya menuju kebaikan dan cinta kasihmu tak akan pudar walau kamu tau masalalunya yang kelam ..

CINTA ITU MEMBERI BUKAN MEMINTA.. ^_~

Yang setuju Like, yang Sangat setuju koment..

TOLONG SILAHKAN DI-COPAS dan DI-SHARE DENGAN IKHLAS :)

Semoga Bermanfaat

Kamis, 27 Desember 2012

Jenis-Jenis Sapi


Sapi bali

Sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) adalah jenis sapi yang unik, hingga saat ini masih hidup liar di Taman Nasional Bali Barat, Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional Ujung Kulon. Sapi asli Indonesia ini sudah lama didomestikasi suku bangsa Bali di pulau Bali dan sekarang sudah tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Kekhasan Fisik Sapi Bali
Bali berukuran sedang, dadanya dalam, tidak berpunuk dan kaki-kakinya ramping. Kulitnya berwarna merah bata. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam. Kaki di bawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih. Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit berwarna putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Pada punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal ekor.
Sapi Bali jantan berwarna lebih gelap bila dibandingkan dengan sapi Bali betina. Warna bulu sapi Bali jantan biasanya berubah dari merah bata menjadi coklat tua atau hitam legam setelah sapi itu mencapai dewasa kelamin. Warna hitam dapat berubah menjadi coklat tua atau merah bata apabila sapi itu dikebiri.
Sapi Bali dalam Kehidupan Petani Bali
Sapi Bali merupakan hewan ternak yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat petani di Bali.
  • Sapi Bali sebagai tenaga kerja pertanian
Sapi Bali sudah dipelihara secara turun menurun oleh masyarakat petani Bali sejak zaman dahulu. Petani memeliharanya untuk membajak sawah dan tegalan, untuk menghasilkan pupuk kandang yang berguna untuk mengembalikan kesuburan tanah pertanian.
  • Sapi Bali sebagai sumber pendapatan
Sapi Bali mempunyai sifat subur, cepat beranak, mudah beradaptasi dengan lingkungannya, dapat hidup di lahan kritis, dan mempunyai daya cerna yang baik terhadap pakan. Keunggulan lain yang sudah dikenal masyarakat adalah persentase karkas yang tinggi, juga mempunyai harga yang stabil dan bahkan setiap tahunnya cenderung meningkat membuat sapi Bali menjadi sumber pendapatan yang diandalkan oleh petani.
  • Sapi Bali sebagai sarana upacara keagamaan
Dalam agama Hindu, sapi dipakai dalam upacara butha yadnya sebagai caru, yaitu hewan korban yang mengandung makna pembersihan. Demikian juga umat Muslim juga membutuhkan sapi untuk hewan Qurban pada hari raya Idhul Adha.
Sapi Bali juga dapat dipakai dalam sebuah atraksi yang unik dan menarik. Atraksi tersebut bahkan mampu menarik minat wisatawan manca negara untuk menonton. Atraksi tersebut adalah megembeng ( di kabupaten Jembrana) dan gerumbungan (di kabupaten Buleleng).


Sapi brahman

Sapi Brahman adalah keturunan sapi Zebu atau Boss Indiscuss. Aslinya berasal dari India kemudia masuk ke Amerika pada tahun 1849 berkembang pesat di Amerika, Di AS, sapi Brahman dikembangkan untuk diseleksi dan ditingkatkan mutu genetiknya. Setelah berhasil, jenis sapi ini diekspor ke berbagai negara. Dari AS, sapi Brahman menyebar ke Australia dan kemudian masuk ke Indonesia pada tahun 1974.
Ciri khas sapi Brahman adalah berpunuk besar dan berkulit longgar, gelambir dibawah leher sampai perut lebar dengan banyak lipatan-lipatan. Telinga panjang menggantung dan berujung runcing. Sapi ini adalah tipe sapi potong terbaik untuk dikembangkan.
Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.
Sapi ini juga berkembang biak di Australia. Bahkan, para pembibit sapi di Australia melakukan persilangan sapi Brahman dengan bangsa sapi lainnya seperti Simmental, Herefod dan Limousin, hasilnya dikenal dengan nama sapi Brahman Cross, yang sejak tahun 1985 sudah masuk ke Indonesia melalui program bantuan Asian Development Bank (ADB). Sapi ini cocok dikembangkan di Indonesia yang beriklim tropis.
Sapi Brahman Cross pada awalnya merupakan bangsa sapi Brahman Amerika yang diimpor Australia pada tahun 1933. Mulai dikembangkan di stasiun CSIRO’s Tropical Cattle Research Centre Rockhampton Australia, dengan materi dasar sapi Brahman, Hereford dan Shorthorn dengan proporsi darah berturut-turut 50%, 25% dan 25% (Turner, 1977), sehingga secara fisik bentuk fenotip dan keistimewaan sapi Brahman cross cenderung lebih mirip sapi Brahman Amerika karena proporsi darahnya lebih dominan.
Sapi Brahman Cross mulai diimport Indonesia (Sulawesi) dari Australia pada tahun 1973. Hasil pengamatan di Sulawesi Selatan menunjukkan persentase beranak 40,91%, Calf crops 42,54%, mortalitas pedet 5,93, mortalitas induk 2,92%, bobot sapih (8-9 bulan) 141,5 Kg (jantan) dan 138,3 Kg betina, pertambahan bobot badan sebelum disapih sebesar 0,38 Kg/ hari (Hardjosubroto, 1984)

Pada tahun 1975, sapi Brahman cross didatangkan ke pulau Sumba dengan tujuan utama untuk memperbaiki mutu genetik sapi Ongole di pulau Sumba. Importasi Brahman cross dari Australia untuk UPT perbibitan (BPTU Sembawa) dilakukan pada tahun 2000 dan 2001 dalam rangka revitalisasi UPT. Penyebaran di Indonesia dilakukan secara besar-besaran mulai tahun 2006 dalam rangka mendukung program percepatan pencapaian swasembada daging sapi 2010.
1. Jarak beranak 531,1 hari
2. Berat Lahir 26,26 Kg
3. Berat Sapih 100,1 Kg
4. Berat Setahun 289,5 Kg

sapi madura

Sapi Madura adalah bangsa sapi potong lokal asli Indonesia yang terbentuk dari persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu (Hardjosubroto dan Astuti, 1994), yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak (Anonimus, 1987). Karak-teristik sapi Madura sudah sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas ; bertanduk khas dan jantannya bergumba

Ciri-ciri umum fisik Sapi Madura adalah sbb: :
  • Baik jantan ataupun betina sama-sama berwarna merah bata.
  • Paha belakang berwarna putih.
  • Kaki depan berwarna merah muda.
  • Tanduk pendek beragam. Pada betina kecil dan pendek berukuran 10 cm, sedangkanpada jantannya berukuran 15-20 cm.
  • Panjang badan mirip Sapi Bali tetapi memiliki punuk walaupun berukuran kecil.
Secara umum, Sapi Madura memiliki beberapa keunggulan seperti :
  • Mudah dipelihara.
  • Mudah berbiak dimana saja.
  • Tahan terhadap berbagai penyakit.
  • Tahan terhadap pakan kualitas rendah.
Dengan kelebihan-kelebihan  tersebut , Sapi Madura banyak diminati oleh  para peternak bahkan para peneliti dari Negara lain.  Sudah banyak Sapi Madura dikirim ke daerah lain, apabila tidak diperhitungkan dengan baik, bisa jadi populasi Sapi Madura di pulau Madura akan terkuras serta mengancam kemurnian ras-nya.
Sapi dalam kehidupan masyarakat Madura, memang mempunyai tempat yang khusus. Jasanya terhadap para petani tidak dapat dipandang sebelah mata. Tanah pertanian yang tandus tetap dapat ditanami dengan bantuan Sapi. Alat transportasi yang sulit didapat dipedalaman Madura juga dapat teratasi dengan tenaga sapi yang di padukan dengan pedati, yang di sebut dengan “Sapi Pajikaran”.

Bukan hanya mempunyai tempat khusus di kehidupan para petani di Madura, Sapi Madura juga membawa pengaruh terhadap tradisi budaya yang memberikan efek positip terhadap kelestarian Sapi Madura ini.  Sapi Madura berjenis kelamin jantan, dimanfaatkan sebagai  “Sapi Kerapan”, sebagai bagian dari budaya tradisi pertanian ,yang  nantinya menjadi salah satu aset pariwisata yang penting di tanah Madura

Sapi Limousin

Sapi Limousin adalah bangsa Bos turus (Talib dan Siregar, 1999), dikembang-kan pertama di Perancis, merupakan tipe sapi pedaging dengan perototan yang lebih baik dari Simmental, warna bulu coklat tua kecuali disekitar ambing berwarna putih serta lutut kebawah dan sekitar mata berwarna lebih muda

Bentuk tubuh sapi jenis ini adalah besar, panjang, padat dan kompak.
Keunggulan dari jenis sapi ini pertumbuhan baannya yang sangat cepat
Secara genetik, sapi Limousin adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur. Di Indnesia sapi limousin disilangkan dengan berbagai jenis sapi lain, seperti misalnya dengan sapi peranakan ongole, sapi brahman atau sapi hereford

 Sapi PO (Peranakan Ongole)

Sapi PO (singkatan dari Peranakan Ongole), di pasaran juga sering disebut sebagai Sapi Lokal atau Sapi Jawa atau Sapi Putih.
Sapi PO ini hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole (SO) dengan sapi betina Jawa yang berwarna putih. Sapi Ongole (Bos Indicus) sebenarnya berasal dari India, termasuk tipe sapi pekerja dan pedaging yang disebarkan di Indonesia sebagai sapi Sumba Ongole (SO).
Warna bulu sapi Ongole sendiri adalah putih abu-abu dengan warna hitam di sekeliling mata, mempunyai gumba dan gelambir yang besar menggelantung, saat mencapai umur dewasa yang jantan mempunyai berat badan kurang dari 600 kg dan yang betina kurang dari 450 kg.
Bobot hidup Sapi Peranakan Ongole (PO) bervariasi mulai 220 kg hingga mencapai sekitar 600 kg.
Saat ini Sapi PO yang murni mulai sulit ditemukan, karena telah banyak disilangkan dengan sapi Brahman. Oleh karena itu sapi PO sering diartikan sebagai sapi lokal berwarna putih (keabu-abuan), berkelasa dan gelambir. Sesuai dengan induk persilangannya, maka Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan, memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah beranak, jantannya memiliki kualitas semen yang baik. Keunggulan sapi PO ini antara lain : Tahan terhadap panas, tahan terhadap ekto dan endoparasit; Pertumbuhan relatif cepat walau pun adaptasi terhadap pakan kurang; Prosentase karkas dan kualitas daging baik.
Sapi PO ini SUDAH diternakkan di DOMPI, dan menjadi salah satu primadona utama, relatif paling banyak dicari di pasaran.

Sapi SIMMENTAL (METAL)

Sapi Simmental di kalangan peternak populer dengan nama Sapi Metal, dan sebagian peternak atau pedagang sapi kadang salah kaprah dengan menyebutnya sapi limousin, bahkan ada yang menyebut sapi Brahman.
Sapi Simmental (juga termasuk Bos Taurus), berasal dari daerah Simme di negara Switzerland (Swiss), namun sekarang berkembang lebih cepat di benua Amerika, serta di Australia dan Selandia Baru (New Zealand). Sapi ini merupakan tipe sapi perah dan pedaging.
Sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150 kg sedang betina dewasanya 800 kg. Secara genetik, sapi Simmental adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur. Sapi jenis ini SUDAH diternakkan di DOMPI


Sapi BX (Brahman cross)

Sapi BX (Brahman Cross), adalah ternak sapi hasil domestikasi/penjinakan sapi Brahmanyang dikembangkan di Amerika dan Australia dan disilangkan dengan berbagai jenis sapi lainnya, seperti sapi Shorthorn, sapi Santa Gertrudis, Droughmaster, Hereford, Simmental, dan sapi LimousinHasil silangan ini kemudian disilangkan lagi dengan sapi Brahman sehingga campuran darah dalam setiap keturunan sangat bervariasi.
Model yang diterapkan dalam pelaksanaan pengembangan sapi Brahman Cross adalah menghasilkan ternak sapi yang memiliki pertumbuhan baik dan tahan terhadap iklim tropis serta tahan terhadap penyakit/hama penyebab penyakit, kutu dan tunggau.
Oleh karena itu, sapi ini cocok dikembangkan di Indonesia yang beriklim tropis.
Warna kulit sapi ini sangat bervariasi antara lain putih abu-abu, hitam, coklat, merah, kuning, bahkan loreng seperti harimau. Pasar tradisional tertentu masih ada yang “fanatik” dengan warna kulit, sehingga dengan banyaknya variasi warna kulit sapi ini bisa memenuhi selera tiap-tiap pasar yang cenderung masih spesifik.
Sapi Brahman Cross mulai diimport Indonesia (Sulawesi) dari Australia pada tahun 1973. Pada tahun 1975, sapi Brahman cross didatangkan ke pulau Sumba dengan tujuan utama untuk memperbaiki mutu genetik sapi Ongole di pulau Sumba. Importasi Brahman cross dari Australia untuk UPT perbibitan (BPTU Sumbawa) dilakukan pada tahun 2000 dan 2001 dalam rangka revitalisasi UPT. Penyebaran di Indonesia dilakukan secara besar-besaran mulai tahun 2006 dalam rangka mendukung program percepatan pencapaian swasembada daging sapi.
Dengan pemeliharaan secara intensif yaitu dengan kandang yang sesuai dan pakan yang berkualitas serta iklim yang menunjang, sapi ini sangat bagus pertumbuhannya. Average Daily Gain (ADG) Brahman Cross berkisar antara 1,0 – 1,8 kg/hari. Bahkan dalam kondisi tertentu bisa mencapai 2 kg/hari. Dibandingkan dengan sapi lokal terutama PO (Peranakan Ongole) yang ADG nya hanya berkisar 0,4 – 0,8 kg/hari tentunya sapi ini lebih menguntungkan untuk fattening (penggemukan).
Karkas Brahman Cross bervariasi antara 45% – 55% tergantung kondisi sapi saat timbang hidup dan performance tiap individunya. Pemeliharaan ideal untuk fattening adalah selama 60-70 hari untuk sapi betina, sedangkan untuk jantannya antara 80-90 hari, karena apabila digemukkan terlalu lama maka perkembangannya akan semakin lambat dan akan terjadi perlemakan dalam daging (marbling) yang hal ini di pasar lokal (RPH) tradisional kurang disukai oleh customer.
Dari berbagai keunggulan tersebut di atas, dewasa ini di Indonesia terutama di wilayah Jawa Barat dan Sumatera banyak bermunculan Feedlot yang secara intensif menggemukan sapi Jenis Brahman Cross ini. Sapi jenis ini belum diternakkan di DOMPI.


Sapi BRANGUS 

Sapi Brangus ini adalah persilangan betina Brahman dan pejantan Aberden Angus.
Sapi Brangus ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman cross).
Ciri-ciri sapi Brangus antara lain warna hitam, leher dan telinga pendek, punggung lurus, badan kompak dan padat, kaki kuat dan kokoh, komposisi darah 5/8 Angus dan 3/8 Brahman.
Keunggulan sapi Brangus antara lain tubuh besar dan kompak, pertumbuhannya cepat, berat badan dewasa di atas 900 kg, tahan terhadap iklim tropis dan pakannya sederhana. Sapi jenis ini tidak diternakkan di DOMPI.


Sapi ANGUS

Sapi Angus merupakan sapi yang mempunyai tingkat kualitas karkas yang sangat bagus, serta mempunyai ketahanan terhadap penyakit dan merupakan keturunan dari sapi Brahman.
Sapi Angus ini masuk ke Indonesia melalui Selandia Baru.
Sapi ini juga mempunyai tingkat produktivitas dalam berkembang biak yang sangat bagus, dimana betinanya mempunyai kemampuan yang sangat bagus untuk berkembang biak dan menyusui anaknya.
Sapi Angus ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman cross). Sapi jenis ini 
tidak diternakkan di DOMPI.

Sapi SANTA GERTRUDI

Sapi Santa Gertrudis ini adalah hasil persilangan antara pejantan Brahman dan betina shorthorn yang di kembangkan pertama kali di King Ranch Texas Amerika serikat tahun 1943.
Sapi Santa Gertrudis ini masuk Indonesia mulai tahun 1973, bobot jantan dewasa di atas 900 kg dan betina di atas 725 kg. Sapi ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman cross). Sapi jenis ini tidak diternakkan di DOMPI.


Kamis, 20 Desember 2012

Pemberian Brovit Sebagai Pakan Broiler dalam Peningkatan produksi Ayam Pedaging

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Menurut Bambang Agus Murjito dikatakan “Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam.”(1)( Murjito, 1987:9)
 Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.
         Ayam telah dikembangkan sangat pesat disetiap negara. Di Indonesia usaha ternak ayam pedaging juga sudah dijumpai hampir disetiap propinsi. Dengan berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah beredar dipasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya. Sebab semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya produktifitas relatif sama. 


1 Bambang Agus Murjito, Pedoman Meramu Pakan Unggas, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), hlm. 9
         Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak menyolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa yang akan dipelihara, peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup. Adapun jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707.
         Dengan melihat perkembangan ayam boiler jenis pedaging yang begitu pesat ini, membuat kami tertarik untuk melakukan suatu kajian dengan judul “Pemberian  Brovit  sebagai pakan ayam boiler jenis pedaging dalam usaha untuk meningkatkan produksi dagingnya.

1.2       Masalah
         Untuk memfokuskan kajian yang kami lakukan, kami mengemukakan beberapa masalah yang akan diteliti yakni :
1.   Apakah pemberian pakan ayam broiler jenis brovit dapat meningkatkan produksi daging ayam broiler ?
2.   Apakah pemberian suplemen vitachick dan therapy dapat meningkatkan ketahanan ayam broiler?


1.3  Manfaat
Manfaat beternak ayam ras pedaging antara lain, meliputi:
1)  penyediaan kebutuhan protein hewani
2)  pengisi waktu luang dimasa pensiun
3)  pendidikan dan latihan (diklat) keterampilan dikalangan remaja
4)  tabungan di hari tua
5)  mencukupi kebutuhan keluarga (profit motif) 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Teori Tentang Ayam Broiler
Ayam Broiler ialah ayam pedaging yang dipelihara secara intensif dengan tata laksana pemeliharaan yang tepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7 minggu). Namun, perlu diketahui ayam dengan tipe pedaging ini merupakan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktifitas tinggi. Pemeliharaan ayam ini tidak semudah memelihara ayam kampong, ayam broiler sangat rentan terhadap penyakit sehingga perlu manajemen yang baik. Manajemen tersebut meliputi: pemilihan bibit, pakan yang bermutu, perkandangan yang sesuai, dan penanganan kesehatannya.

2.2.   Pemeliharaan Ayam Broiler
  1. Pemberian Pakan dan Minuman
Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
1)
Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
-
kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
-
kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.
Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.
2)
Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
-
kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
-
kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
1)
Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
2)
Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.


b.   Pemeliharaan Kandang
            Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.


BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi langsung terhadap peternak ayam. Teknik pelaksananan kegiatan dirancang secara bersama dan pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan studi pustaka.

3.2 Variable Penelitian
Untuk 100 kg pakan maka di butuhkan bahan :
Untuk stater :
sediakan jagung 60 kg                                       bungkil kelapa 5 kg
bekatul 2 k                                                        tepung daun pepaya 2 kg
tepung gaplek 2 kg                                            bungkil biji kapuk 1kg
tepung ikan 13,5 kg                                           tepung bulu unggas 4 kg
tepung darah 3 kg                                              premix 0,5 kg
kedelai 7 kg


Untuk finisher :
sediakan jagung 50 kg                                   bekatul 7kg
sorgum 10 kg                                                tepung gaplek 5 kg
tepung ikan 3 kg                                            tepung darah 3 kg
kedelai 9 kg                                                  bungkil kelapa 5 kg
bungkil biji kapuk 0,5 kg                               tepung daun pepeya 2,5 kg
tepung bulu ayam 2,5 kg.                               minyak kelapa 1 kg
premix 0,5 kg .

Dikenal ada 3 bentuk pakan , yaitu tepung , crumble ( butiran pecah ), dan pelet.
1. Bentuk tepung.
Cara membuatnya sangat sederhana , yaitu semua bahan digiling jadi tepung. kemudian di aduk sampai rata dan siap di sajikan.pakan jenis ini tidak efektif , karena ayam memiilih jenis pakan yang di sukai sehingga banyak nutrisi yang tidak di konsumsi.

2 Bentuk crumbles (butiran pecah).
Semua bahan di giling jadi tepung. kemudian di aduk hingga rata. setelah itu di kukus atau di uapi dengan panas antara 800C-900 C. Kemudian pakan diaduk dalam ayakan yang berlubang sambil di tekan tekan sehinga butiran berjatuhan. Jemur butiran itu hingga kering.siap di sajikan. pakan jenis ini cukup efisien tidak banyak nutrisi yang terbuang.

3 Bentuk pelet.
Caranya sama dengan crumble. Tapi setelah penguapan, dimasukkan dalam gilingan daging atau sambal sehingga keluar bentuk memanjang. Kemudian di potong potong dan di jemur sampai kering.siap di sajikan. Pakan jenis ini pun cukup efisien.
Untuk menghindari pakan yang cepat rusak dan tengik karena udara yang lembab maka sebaik nya pakan diberi bahan pengawet.misalnya BHA ( Butiylated hydroxy anisol), BHT(Butylated Hydroxy toluen ), Gropyl Gallate, Oktyl Gallate,Tokoferol, Etoksikusin Yang biasanya di kemas dengan nama Antrasin, Toksomiks, Antoks dan sebagainya. Pemberian sebaiknya tidak lebih dari 0,1% jumlah pakan.


3.3  Rancangan Penelitian 

Banyak pengusaha ayam pedaging , yang gulung tikar karena tingginya harga pakan yang kian melambung. selain faktor penyakit dan harga jual yang merosot dan sulit di prediksi. Disini kami akan mencoba untuk menyajikan tentang membuat sendiri pakan unggas yang barangkali bisa menghemat biaya pakan dan untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi.


3.4   Lokasi dan Waktu


Hari/Tanggal                : Minggu, 26 Februari 2012
Tempat                        : Titian Tinggi, Air Molek, RIAU
Waktu                         : 14.00 WIB




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Penelitian
Dalam peternakan yang kami teliti, pemberian pakan brovit pada ayam broiler dapat tergambar dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Pemberian Pakan Jenis Brovit
No.
Hari/Tanggal
Jenis Pakan
Jumlah
Keterangan
1.
Minggu ke-1
Brovit
1 karung
Untuk 100 ekor ayam
2.
Minggu ke-2
Brovit
1 karung
3.
Minggu ke-3
Brovit
1 karung
Di samping pemberian pakan, peternakan yang kami teliti, juga mamberikan suplemen tambahan dan vaksin, diantaranya vitachick, vitastress, therapy, ND Lasota, dan Gumboro. Pelaksanaan pemberian vaksin dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2
Pemberian Suplemen
No.
Hari/Tanggal
Jenis Suplemen
Jumlah
Keterangan
1.
Hari ke 1-2
Vitachick
4 tabung
Untuk 100 ekor ayam
2.
Hari ke 2-3
Vitachick
10 gram
3.
Hari ke 5
Vitastress
10 gram
4.
Hari ke 6-7
Therapy
10 gram

Grafik 1
Cara Pemberian Pakan
Banyakanya makanan yang diberikan harus sesuai dengn kebutuhan produktivitas ayam. Berikut tata cara pemberian pakan yang sesuai dengan standar produktivitas.

4.2  Pembahasan
Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh peternak kepada penulis, bahan makanan yang digunakan oleh ternak adalah bahan makanan yang tidak digunakan oleh manusia. Bahan makanan asli merupakan bahan makanan produksi pertanian atau perikanan dari sumber utamanya, misalnya jagung. Bahan makanan olahan merupakan bahan makanan yang diolah dalam industri makanan untuk kepentingan manusia dan limbahnya untuk ternak, misal dedak halus yang merupakan limbah proses pengolahan padi menjadi beras.




Gambar 1. Ayam Broiler
Bahan makanan asli untuk ayam broiler kini tinggal 25% - 35% dari total campuran atau formula makanan ayam broiler. Secara garis besar asal bahan makanan  dibagi atas dua sumber. Sumber pertama  yaitu sumber nabati atau bahan makanan yang berasal dari tanaman pangan, seperti jagung kuning, sorghum, gandum, jawawut, jagung putih, jagung merah, kacang hijau, dan Kacang tanah. Sumber kedua adalah bahan makanan asal hewan, seperti udang, ikan, darah, dan serangga. Bila sumber nabati tinggal sedikit dan sumber hewan tidak digunakan lagi, masih ada bahan makanan olahan dan sintetik. Bahan makanan ini yang mendominasi jajaran formula ransum unggas komersial. Ayam broiler akan berproduksi optimal pada temperatur lingkungan antara 19o – 21o C.





Gambar 2. Pemberian Pakan Ayam Broiler
Proses pencernaan makanan pada ayam broiler kita melihat proses di dalam darah, bila ada kandungan unsur gizi yang sudah berkurang maka perintah disampaikan ke otak, dan otak memerintahkan ayam untuk mencari makanan melalui gerakan otot-otot tubuh dibantu dengan mata dan proses mencari makanan dimulai. Ayam mematuk-matuk dan melihat ke kiri dan ke kanan, ada sesuatu yang berperan di sini dan yang berperan itu adalah selera. Jadi, tidak benar bila anda memberikan makanan yang basi atau jamuran pada ayam karena ayam akan mengetahui bahwa makanan itu basi dan ia dapat melihat ketidaklayakan makanan yang berjamur itu. Coba saja ayam diberi makanan yang kering dan yang satu lagi makanan seperti bubur dan masih baru, ia akan lebih senang makan makanan yang terakhir itu. Di sinilah terlihat bahwa ayam broiler juga punya selera terhadap makanan yang ada di hadapannya.
Dalam proses makan ini, ayam mengandalkan mata, paruh, dan “penciuman”. Hanya seberapa besar dan seberapa tajam peran penciuman ini belum terbukti benar dari hasil penelitian mutakhir. Ayam broiler dari hasil penelitian terakhir masih belum terbukti mana yang lebih berperan, mata atau penciumannya. Sementara pendengaran dapat dikatakan sangat minim perannya dalam proses makan ini. Ayam broiler responsif terhadap suara, ayam broiler karena ada penelitian yang melakukan pengamatan pengaruh lagu klasik terhadap pertumbuhan ayam broiler. Di sinilah terlihat bahwa pendengaran ayam sebenarnya mempunyai pengaruh tidak langsung dalam proses makanan ini.
Setelah proses “mengenal” makanan itu berjalan maka langkah berikut adalah proses makannya. Ayam broiler mengandalkan paruh untuk memasukkan makanan pada proses awal pencernaan. Ayam broiler juga tidak memiliki tangan makan dalam proses milih memilih digunakan paruh dengan bantuan kakinya. Oleh sebab inilah paruh itu dibuat keras, apalagi makanan yang hendak dimakan kadang kala masih bergerak seperti cacing atau serangga.
Setelah makanan masuk melalui paruh, proses pencernaan tingkat awal mulai berperan. Begitu makanan menyentuh paruh, semua alat-alat pencernaan “digertak” oleh pusat perintah untuk bersiap-siap menyambut makanan. Enzim-enzim yang berperan melumat makanan dari segi kimiawi sudah siap menyambut makanan. Makanan ini langsung masuk ke Oesophagus yang berfungsi seperti kerongkongan pada manusia. Oesophagus merupakan satu-satunya penghubung dari paruh ke bagian perut ayam. Tetapi di oesophagus ini belum terbukti adanya proses pencernaan karena apa yang masuk melalui paruh dan setelah lewat oesophagus itu makanan belum berubah. Makanan yang lewat oesophagus ini kemudian ditampung di tembolok, suatu pembesaran di bagian atas tubuh ayam. Oleh karena itu tembolok dapat kita gunakan untuk memeriksa apakah ayam itu sudah kenyang atau sedang sakit. Bila sudah kenyang, bagian tembolok ini akan menyembul ke muka dan keras bila kita raba.
Perjalanan dilanjutkan ke proventriculus suatu pembesaran lagi pada akhir oesophagus tadi, tetapi ukurannya lebih keci dari tembolok. Walaupun di bagian ini dikeluarkan asam hydrochloric dan pepsin dari dindingnya, pencernaan kurang berarti. Karena makanan memang tidak sepenuhnya dicerna di sini, jadi perannya kurang begitu penting.
Dari proventiculus akan dilanjutkan ke gizzard yang berbentuk oval yang mempunyai pintu muka ke proventiculus dan pintu akhir ke duodenum. Gizzard sangat keras dan mempunyai otot cerna yang sangat kuat. Dari sifatnya jelas terlihat bahwa pencernaan fisik terjadi di sini dengan intensif. Gizzard mencerna makanan dengan kekuatan dindingnya dan bagian ini pula yang bersentuhan langsung dengan makanan dan racun. Hasil kerja enzim dan gizzard, menyebabkan makanan yang dimakan ayam akan berubah bentuk, warna dan aromanya ketika keluar melalui tinja. Sebab selain enzim ada juga sejumlah zat kimiawi yang dikeluarkan untuk membunuh kuman dan juga hasil kerja mikroba tertentu di usus (walaupun kecil perannya) yang pada akhirnya membuat tinja berbeda benar dari bentuk makanan asalnya.
Setelah melalui gizzard, makanan halus itu melalui suatu saluran atau usus yang berbentuk huruf “U” yang dinamakan dengan duodenum yang ditengahnya terdapat pancreas yang mengeluarkan cairan untuk menetralkan asam yang dikeluarkan oleh proventiculus tadi. Selain itu dikeluarkan juga sejumlah enzim untuk menghidrolisa protein, pati dan lemak. Terlihat bahwa pencernaan kimiawi sudah dimulai di bagian duodenum ini.
Setelah melalui duodenum, makanan yang telah halus dan telah dicerna secara kimiawi ini jelas sudah berubah bentuk, warna dan sifatnya. Lalu masuk ke usus halus dan di sinilah makanan itu diserap ke dalam tubuh untuk diproses lebih lanjut, kemudian akan berakhir di dubur. Sebelum dubur ada usus buntu yang perannya terhadap pencernaan sangat kecil. Dalam proses menyerap unsure-unsur nutrisi itu sangat tergantung pada proses pencernaan sebelumnya. Kesempurnaan pencernaan itu sangat tergantung pada proses pengolahan makanan dan makanan yang dimakan. Makanan yang mudah dicerna tentu akan lebih cepat daripada makanan yang sulit dicerna seperti plastik atau kulit salak.
Seluruh  proses itu pun akan terganggu bila salah satu dari alat-alat pencernaan itu rusak, terlebih bila yang rusak itu alat pencernaan yang di muka. Sedangkan alat pencernaan di bagian akhir atau proses akhir dari proses pencernaan yang sering dirusak oleh bibit penyakit oleh ayam broiler ini adalah di bagian usus. Cacingan juga terjadi di bagian itu, walaupun tidak menyebabkan kematian tetapi sangat mengganggu pertumbuhan ayam broiler yang kita pelihara.
Dalam hal ini jelas sekali bahwa kesempurnaan alat pencernaan dalam proses mencerna belum tentu akan menjamin sejumlah unsure nutrisi yang dibutuhkan berhasil diterima oleh ayam. Masih ada factor lain yang mempengaruhinya. Hal inilah yang harus dipahami sebagai prinsip dasar dalam makanan ayam broiler. Sebab di Indonesia sering terjadi alat-alat pencernaan ayam itu rusak oleh kualitas makanan yang sangat buruk, baik itu karena jamur, racun atau pemalsuan bahan makanan.tidak kalah pentingnya adalah kerusakan alat-alat pencernaan oleh penyakit yang timbul akibat dari sebab pertama tadi.



BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
         Dari yang telah dipaparkan pada bahagian sebelumnya, dapat kami simpulkan bahwa :
1.      Pemberian pakan ayam jenis Brovit secara teratur dapat meningkatkan produktivitas ayam pedaging.
2.   Pemberian suplemen tambahan berupa vitamin dan vaksin merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam proses pemeliharaan ayam broiler jenis pedaging.
3.    Pemberian pakan yang sesuai dengan standar produktivitas.
5.2   Saran
      Dalam penelitian kami banyak menemui berbagai kendala. Baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pendokumentasian kegiatan ini. Untuk itu penulis menyarankan dalam pelaksanaan kegiatan ini, antara lain:
1.      Dalam proses kegiatan pemberian pakan ayam broiler jenis pedaging ini diperlukan suatu kegiatan yang terencana dengan baik.
2.      kebersihan wadah yang digunakan dalam proses pemberian pakan ayam broiler jenis pedaging ini sangat perlu dijaga, karena ayam ini rentan terhadap berbagai penyakit.
3.      Pemberian pakan ayam broiler jenis pedaging untuk jenis brovit ini harus diperhatikan takarannya.
4.      Disamping pemberian pakan jenis brovit ini, juga dibantu dengan pemberian suplemen tambahan seperti vitamin dan vaksin.
5.      Jauhkan ayam broiler jenis pedaging ini dari segala sesuatu yang akan mengganggu ayam tersebut, disebabkan ayam tersebut sangat sensitif terhadap gangguan dan mudah stress.
         Demikianlah yang dapat kami kemukakan, kami berharap ada penelitian yang lebih dalam kajian tentang pemberian pakan jenis Brovit terhadap ayam broiler jenis pedaging ini.


DAFTAR PUSTAKA
Murjito, Bambang Agus. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Yogyakarta : 
       Kanisius.
Cahyono,  Bambang, Ir. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging
       (Broiler). Yogyakarta: Pustaka Nusatama.
Rasyaf. M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Yogyakarta: Kanisius.
_______. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta: Penebar Swadaya (Anggota IKAPI).
“Cara Memelihara Ayam” http://www.muksin.com/2011/01/cara-memelihara-ayam.html, diakses tanggal 15 September 2011
Wongtani, 2009. “Budidaya Ayam Pedaging (Broiler)”